File:Eksistensi Kesenian Gandut Di Kalimantan Selatan.pdf

From Wikimedia Commons, the free media repository
Jump to navigation Jump to search
Go to page
next page →
next page →
next page →

Original file(985 × 1,422 pixels, file size: 1.47 MB, MIME type: application/pdf, 94 pages)

Captions

Captions

Add a one-line explanation of what this file represents

Summary

[edit]
Description
Bahasa Indonesia: Kehidupan kesenian sangat berkaitan erat dengan masyarakat, budaya, dan lingkungan tempat kesenian tersebut berkembang. Kendati pun masyarakat di daerah pedesaan tidak terluput dari pengaruh arus modernisasi, bila dibandingkan dengan masyarakat di daerah perkotaan, mereka relatif masih lebih banyak mencerminkan kebudayaan lokalnya. Salah satu kesenian yang ada di Indonesia yaitu Gandut. Gandut merupakan salah satu kesenian tradisional Banjar yang mirip dengan kesenian ronggeng atau tayub di Jawa. Kesenian ini berkembang di daerah Pandahan Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan, yang pada masa itu dikenal sebagai daerah persinggahan pedagang yang ingin bepergian ke pelabuhan di daerah Margasari. Selain itu, daerah Pandahan juga dikenal sebagai tempat berkembangnya beberapa kesenian tradisional yang masih eksis sampai sekarang di Kalimantan. Seni Teater Mamanda, Kuda Gipang, Wayang Kulit, dan Musik Panting adalah kesenian yang berkembang dari Pandahan. Ciri khas kesenian Gandut adalah adanya pagandut yang bisa menari dan menyanyi, saweran dari penonton, penonton bisa menari dengan pagandut, arenanya hanya berupa lapangan yang dikelilingi oleh tari atau kursi penonton, serta empat jenis tarian Gandut yaitu tari Mandung-Mandung, tari Mangandangan, tari Manunggul dan tari Karuncungan. Dalam penampilannya, kesenian ini menampilkan satu penyanyi sekaligus penari dan beberapa orang pemusik. Dulunya gandut ini merupakan kesenian yang sangat populer dan mengalami masa kejayaannya pada tahun 1960-an, akan tetapi sekarang sudah mengalami kemunduran. Salah satu penyebab dari kemunduran kesenian gandut ini adalah kesenian ini dianggap erotis dan bertentangan dengan ajaran agama yang dianut oleh masyarakat Banjar. Pada akhirnya gandut ini mengalami kemunduran dan kemudian muncullah bajapin sebagai sarana hiburan yang mirip dengan gandut.
Date
Source
institution QS:P195,Q126392608
Author Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XII

Licensing

[edit]
Public domain This file is in the public domain in Indonesia, because it is published and distributed by the Government of Republic of Indonesia, according to Article 43 of Law 28 of 2014 on copyrights.

There shall be no infringement of Copyright for:

  1. Publication, Distribution, Communication, and/or Reproduction of State emblems and national anthem in accordance with their original nature;
  2. Any Publication, Distribution, Communication, and/or Reproduction executed by or on behalf of the government, unless stated to be protected by laws and regulations, a statement to such Works, or when Publication, Distribution, Communication, and/or Reproduction to such Works are made;
  3. ...
  4. Reproduction, Publication, and/or Distribution of Portraits of the President, Vice President, former Presidents, former Vice Presidents, National Heroes, heads of State institutions, heads of ministries/nonministerial government agencies, and/or the heads of regions by taking into account the dignity and appropriateness in accordance with the provisions of laws and regulations.

العربية  Basa Bali  English  Bahasa Indonesia  日本語  Jawa  Minangkabau  македонски  português  русский  Sunda  简体中文  繁體中文  +/−

File history

Click on a date/time to view the file as it appeared at that time.

Date/TimeThumbnailDimensionsUserComment
current14:49, 7 June 2024Thumbnail for version as of 14:49, 7 June 2024985 × 1,422, 94 pages (1.47 MB)Harditaher (talk | contribs)Uploaded a work by Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XII from {{Institution:Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XII}} with UploadWizard

There are no pages that use this file.

Metadata