File:Gedung Keuangan Negara.jpg
Original file (1,616 × 1,080 pixels, file size: 987 KB, MIME type: image/jpeg)
Captions
Summary[edit]
DescriptionGedung Keuangan Negara.jpg |
Bahasa Indonesia: HERITAGE BANGUNAN KEUANGAN
Selain menjalankan tugas dan fungsinya di bidang keuangan dan kekayaan negara, Kementerian Keuangan juga telah menunjukkan partisipasi nyata dalam pelestarian bangunan cagar budaya di Indonesia. Hal ini sejalan dengan amanat Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya untuk mempertahankan keberadaan Cagar Budaya dan nilainya dengan cara melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkannya. Seiring perkembangan zaman, Kementerian Keuangan masih mempertahankan pemanfaatan bangunan cagar budaya untuk menunjang pelaksanaan tugas dan fungsinya. Hal ini bertujuan untuk mempertahankan keberadaan bangunan peninggalan Pemerintah Kolonial Hindia-Belanda tersebut. Berikut ini gedung-gedung tua bersejarah yang dimanfaatkan dan dikelola oleh Kementerian Keuangan, yang tersebar di beberapa wilayah di Indonesia. Merupakan gedung monumental yang pembangunannya dimulai pada 7 Maret 1809 atas prakarsa Gubernur Jenderal Hindia Belanda Herman Willem Daendels, untuk memindahkan istana Batavia yang mulai kumuh di muara Sungai Ciliwung ke wilayah pusat ibu kota baru Weltevreden. Bangunan ini semula dirancang sebagai pendamping istana Gubernur Jenderal di kota Bogor (Buitenzorg Paleis) oleh seorang arsitek Ir. Letkol JC. Schultze. Pada tahun 1828 bangunan ini diresmikan oleh Komisaris Jenderal L.P.J Du Bus de Ghisignies, namun karena keterbatasan biaya bangunan tidak dipergunakan sebagai istana tetapi sebagai kantor besar urusan keuangan Negara dan instansi pemerintah penting lainnya. Sejak tahun 1828 sampai 1942 dan berlanjut di jaman kekuasaan Jepang di Indonesia antara tahun 1942-1945 serta jaman NICA tahun 1945-1949, akhirnya gedung tersebut diserahkan kepada Negara Republik Indonesia di tahun 1950, dan dilanjutkan pemanfaatannya sebagai kantor Kementerian Keuangan RI dengan Menteri Keuangan pertamanya yaitu A.A. Maramis. Keterkaitan gedung tersebut dengan berbagai tokoh dan persitiwa dalam kurun waktu 200 tahun, baik secara fisik maupun semantik, menjadikan bangunan tersebut penting dari segi sejarah, kebudayaan dan ilmu pengetahuan nasional. Oleh karena itu, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya, maka Gedung A.A. Maramis dimasukkan kedalam Cagar Budaya yang wajib dilindungi, dipelihara, dan dimanfaatkan. Hal ini juga sejalan dengan rekomendasi UNESCO mengenai bangunan dan lingkungan cadar budaya secara mendasar yaitu “Saving the Past for the Future and Give a Future to the Past.” |
Date | |
Source | Own work |
Author | Ivuvisual |
Licensing[edit]
- You are free:
- to share – to copy, distribute and transmit the work
- to remix – to adapt the work
- Under the following conditions:
- attribution – You must give appropriate credit, provide a link to the license, and indicate if changes were made. You may do so in any reasonable manner, but not in any way that suggests the licensor endorses you or your use.
- share alike – If you remix, transform, or build upon the material, you must distribute your contributions under the same or compatible license as the original.
This photo was uploaded to Wikimedia Commons as part of a photography contest WikiKaleidoskop
organized by Wikimedia Indonesia with the support of the Wikimedia Foundation. |
File history
Click on a date/time to view the file as it appeared at that time.
Date/Time | Thumbnail | Dimensions | User | Comment | |
---|---|---|---|---|---|
current | 05:52, 31 August 2021 | 1,616 × 1,080 (987 KB) | Ivuvisual (talk | contribs) | Uploaded own work with UploadWizard |
You cannot overwrite this file.
File usage on Commons
There are no pages that use this file.
Metadata
This file contains additional information such as Exif metadata which may have been added by the digital camera, scanner, or software program used to create or digitize it. If the file has been modified from its original state, some details such as the timestamp may not fully reflect those of the original file. The timestamp is only as accurate as the clock in the camera, and it may be completely wrong.
Camera manufacturer | SONY |
---|---|
Camera model | ILCE-7M2 |
Exposure time | 1/640 sec (0.0015625) |
F-number | f/5.6 |
ISO speed rating | 100 |
Date and time of data generation | 08:05, 29 October 2019 |
Lens focal length | 10 mm |
Orientation | Normal |
Horizontal resolution | 350 dpi |
Vertical resolution | 350 dpi |
Software used | ILCE-7M2 v4.00 |
File change date and time | 09:33, 29 October 2019 |
Y and C positioning | Co-sited |
Exposure Program | Manual |
Exif version | 2.3 |
Date and time of digitizing | 08:05, 29 October 2019 |
Meaning of each component |
|
Image compression mode | 4 |
APEX brightness | 8.70859375 |
APEX exposure bias | 0 |
Maximum land aperture | 3.6171875 APEX (f/3.5) |
Metering mode | Pattern |
Light source | Unknown |
Flash | Flash did not fire, compulsory flash suppression |
Supported Flashpix version | 1 |
Color space | sRGB |
File source | Digital still camera |
Scene type | A directly photographed image |
Custom image processing | Custom process |
Exposure mode | Manual exposure |
White balance | Auto white balance |
Digital zoom ratio | 1 |
Focal length in 35 mm film | 15 mm |
Scene capture type | Standard |
Contrast | Normal |
Saturation | High saturation |
Sharpness | Hard |